Senin, 10 Oktober 2011

Menyikapi Hubungan (suami/istri) Jarak Jauh

Dalam membina hubungan rumah tangga tentunya kita lebih menyukai sang suami / istri berada tak jauh dari kita, bukan! Tetapi pada kenyataannya sebagian mungkin teman, tetangga ataupun saudara kita atau rekan kerja terpaksa menjalani roda kehidupan rumah tangganya terpisah oleh jarak entah di luar kota atau luar negeri karena kepentingan karir, melanjutkan sekolah dan alasan lainnya yang memaksa tak berada dalam satu wilayah. Lalu bagaimana bagi pasangan suami istri yang mesti menjalani kehidupan terpisah ini menyikapinya?

Menjalani pernikahan jarak jauh memang bukanlah hal yang ringan dan sangat tidak menyenangkan, apalagi bagi rekan-rekan yang baru saja menikah, gigit jari deh! Masa-masa indahnya bulan madu yang semestinya masih dirasakan, harus terhalang oleh jarak ribuan kilometer jauhnya.

Hal ini memang terpaksa dijalani karena suami atau isteri harus menjalani ikatan dinas yang memakan waktu yang juga tidak sebentar. Padahal anda sudah mencoba berbagai macam cara untuk dapat mengurus kepindahan isteri agar dapat bekerja berdekatan. Namun karena berbagai macam alasan, sepertinya usaha anda tidak kunjung membuahkan hasil.

Memang rasa gundah kadang atau sering menghinggapi suami ataupun istri. Sulit membayangkan akan dapat membangun keluarga sakinah bila dijalani dengan cara seperti ini, apalagi frekuensi pertemuan yang akan amat sangat jarang dilakukan. Karena untuk melakukannya membutuhkan biaya tidak sedikit, mengingat jarak tempuh perjalanan yang sangat jauh yang harus dilakukan dengan pesawat. Sedangkan bila sang suami atau istri memilih jalan agar salah satu keluar dari ikatan dinasnya, ternyata juga terbentur masalah lain yang tak kalah pelik yaitu harus mengganti biaya pendidikan, padahal jumlahnya juga tidak sedikit.

Untuk keluar dari masalah ini memang seperti makan buah simalakama. Serba salah dan dua-duanya memiliki resiko yang tidak ringan. Namun tampaknya memang bila segala prosedur kedinasan sudah suami / istri lakukan dan selalu menemukan jalan buntu. Akhirnya suami / istri memang dituntut harus bersikap arif dalam menentukan pilihan yang terbaik karena ini menyangkut kehidupan perkawinannya.

Bila Sang suami dan atau isteri memang sanggup menjalani pernikahan dengan berjauhan seperti saat ini, hendaknya jalani dengan penuh KESABARAN DAN KEIKHLASAN. Karena pasti akan sangat berat menjalaninya. Namun dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, sedikit banyak akan memudahkan komunikasi berdua. Tidak lupa juda untuk selalu berusaha, siapa tahu ada jalan lain yang memungkinkan suami dan isteri bisa bersama.

Namun perlu juga diingat, bahwa kebersamaan suami dan isteri dalam pernikahan merupakan salah satu syarat untuk dapat mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Sehingga berapapun nilai rupiah, rasanya tidak akan sebanding nilainya dengan kebahagiaan penikahan yang dirasakan. Berkumpul sebagai satu keluarga, meskipun dalam kesederhanaan akan lebih indah daripada hidup saling terpisah bukan?

Karena pernikahan itu sendiri pada hakikatnya adalah separuh dari agama yang memiliki tujuan-tujuan mulia di antaranya menjaga hati, peredam syahwat, melestarikan keturunan dan banyak hal lainnya yang memiliki nilai-nilai ibadah yang hanya didapat bila suami isteri berkumpul bersama.

Pada akhirnya, Tidak perlu risau bila suami / istri harus menukar kebersamaan keluarga dengan sejumlah uang, bila suami/istri berkemampuan dan itu menjadi jalan terakhir yang harus anda lakukan. Namun apapun keputusan anda nanti, lakukan semata-mata karena Allah. Dengan meyakini bahwa Allah akan menyelamatkan hamba-Nya yang menyelamatkan separuh agama-Nya. Insya Allah.

7 komentar:

  1. mudah-mudahan gk lama lagi bisa barengan terus yah deb sama suaminya :)

    BalasHapus
  2. sy hampir 2 tahun menikah dan berjauhan, beda kota. suami terpaksa dibalikpapan krn SK PNS disana sementara sy di samarida dg pekerjaan sy sbg dosen. bertemu seminggu sekali setiap weekend. alhamdulillah walaupun kadang merasa sepi tp itu konsekuensi yg harus kami jalani da mudah2a selalu ikhlas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul.. saya juga sering merasa ksepian, sedih, tapi saya yakin pengorbanan kami akan berbuah hikmah d masa depan. sdh 1th lebih sya menikah, dan hanya brtemu 3bulan sekali utk 2mgu.

      Hapus
  3. Salam kenal...ternyata masih ada yg senasib sama aku..senangnya dapat pencerahan menguatkan hati...

    BalasHapus
  4. saya disini posisi sebagai suami kerja di bekasi....istri saya PNS di krui Liwa lampung barat..saya sangat tersentuh kata2 "bahwa kebersamaan suami dan isteri dalam pernikahan merupakan salah satu syarat untuk dapat mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Sehingga berapapun nilai rupiah, rasanya tidak akan sebanding nilainya dengan kebahagiaan penikahan yang dirasakan. Berkumpul sebagai satu keluarga, meskipun dalam kesederhanaan akan lebih indah daripada hidup saling terpisah"

    3 tahun kami LDR seperti ini....saat ini yang saya sudah di titik puncak pengen rasanya secepatnya berkumpul...

    BalasHapus
  5. mudah2n ada jalan untuk pa erwin bsa brkumpul lg dg keluarganya y.. terus brdoa dan brusaha aja pa. mdh2 ada jalan kluarnya..

    BalasHapus